Jumat, 28 Mei 2010

Fenomena Tawuran antar Suporter dalam kasus Tawuran Bonek dengan Aremania dilihat dari kajian Psikologi Kriminal.

Rasanya dari hari ke hari memang makin lama terlihat moral bangsa Indonesia semakin menipis terutama untuk para pemuda dan generasi muda kita. Hal ini terlihat semakin banyaknya pemberitaan-pemberitaan yang sangat mencengangkan dari yang anak muda mennggunakan drugs, tawuran antar pelajar, tawuran antar supporter yang mengakibatkan fasilitas umum rusak dan masih banyak lainnya jenis-jenis kenakalan anak yang dilakukan. Berikut adalah cuplikan tulisan dari media massa online kabar Indonesia mengenai tawuran antar supporter bonek di Surabaya atau pendukung persebaya Surabaya yang sering dijuluki “si Bajul ijo”. “Aksi brutal para suporter bola mania di tanah Air, bisa menjadi tolok ukur mengenai buruknya kualitas persepakbolaan nasional dewasa ini. Lebih jauh lagi, bisa pula dijadikan parameter panas-dinginnya suhu politik secara menasional. Kasus pamungkas adalah pertikaian antara Bonek (pendukung Persebaya) kontra Aremania (suporter Arema), hingga menelan banyak korban. Patut disayangkan memang atas insiden itu. Kecintaan publik pada permaianan bola, ternodai akibat ulah sebagian kecil suporter yang anarkhis. Layaknya teror yang dilakukan oleh para holigan. Mampukah kompetisi Liga Utama ataupun Copa Indonesia dan pertandingan lain itu, dikemas menjadi potensi "pariwasata sepakbola"? Sebuah hal yang baru memang, ada istilah "pariwisata sepakbola".”[1]

Sudah bukan menjadi buah bibir lagi rasanya apabila kita mendengar atau membaca berita-berita mengenai tawuran antar supporter di Indonesia. Dan supporter yang ini memang supporter yang selalu membuat ulah dengan supporter lainnya di Indonesia, bagaimana tidak setiap mereka dating bertandang kelawan musuhnya mereka selalu menjadi pusat perhatian bagi para polisi daerah setempat yang berusaha untuk menghalau mereka agar tidak melakukan aksi perusakan atau vandalisme di kota mereka dimana bertandang. Dan jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung terkadang kepolisian pun harus menurunkan sekitar 100 hingga 500 personil dilapangan untuk mengusir dan menertibkan bonek.

Banyak sekali pemicu terjadinya tawuran antar supporter ini antar lain salah satunya adalah saling ejek mengejek atau olok-mengolok satu supporter dengan supporter lain. Hal ini bisanya lazim mereka lakukan sebagai bentuk primordial mereka terhadap kebanggaan tim mereka dilapangan dan agar tim lawan di lapangan merasa jatuh mentalnya ketika mereka mengolok-olok tim lawan. Namun terkadang olok-mengolok ini bukan untuk menjadi ajang penyemangat namun justru menjadi pemicu terjadinya konflik atau bentrokan terhadap para supporter lawan. Selain itu juga kepemimpinan wasit yang berat sebelah atau wasit yang tidak tegas dalam kepemipinannya juga menjadi factor dalam pemicu terjadinya konflik antar supporter.

Perbedaan Suporter di Liga Premier Inggris dengan Super League Indonesia

Fanatisme yang berlebihan pada supporter klub juga menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik antar supporter. Selain itu pula fanatic persepakbolaan di Indonesia sangatlah kental dengan primordialis dari tim kesayanganannya atau daerah masing-masing klub berasal atau fanatisme loka. Hal ini sangat berbeda di luar negeri contoh mungkin dapat dilihat di Negara-negara eropa seperti di Liga Inggris yang dimana jarak penonton antara pemain sepakbola dan penonton hanya berjarak sekitar satu meter dari kursi penonton dan bahkan ada pula yang berada di tengah-tengah penonton. Hal ini bisa terjadi karena penonton diluar negeri tersebut memiliki sifat fanatisme yang tidak terlalu berlebihan dan mereka juga hanya menjadi penikmat serta menikmati sepak bola indah di liga Inggris tersebut.

Kemudian pula di Inggris itu mereka sangat membanggakan tim nasional mereka Karena tim nasional mereka yang memiliki permainan yang bagus dan selalu menunjukan performa bagus dari tiap pemain dan jarang mengecewakan penonton dan selalu tampil apik dikancah internasional selalu masuk 8 besar piala dunia, maupun Eropa. Kemudian penonton mereka pun memiliki tingkat kedewasaan yang jauh berbeda dari penonton di Indonesia. Mereka siap kalah dan sangat mengharapkan kemenangan. Sangat jauh sekali dari penonton supporter Indonesia contoh mudahnya adalah peristiwa Hendrik Mulyadi yang masuk kelapangan dan mengganggu jalannya pertandingan saat Indonesia bermain dengan oman dalam babak awal fase grup saat piala asia tahun kemarin.[2] Indonesia saat itu dipermalukan di kandang sendiri dengan skor 2-1 oleh oman yang statusnya seharusnya berada di bawah kasta Indonesia.[3] Hendrik melakukan hal tersebut karena kecewa dengan permainan timnas yang sangat buruk dan kalah dari tim sekelas Oman. Hal ini menjadi pemicu utama bagi hendrik melakukan hal tersebut.

Selain itu juga dari segi pengamanan tempat duduk atau safety sit dari tempat duduk penonton pun berbeda di Inggris dengan di Indonesia. Antisipasi terhadap tindak kerusuhan sekecil apapun telah diatur rapi. Pada tiket penonton, tertera nama penonton dan kontak nomor yang bersangkutan. Kamera pun terpasang disetiap sudut stadion agar kejadian apapun dapat terekam dengan utuh. Di Indonesia, jangankan untuk kamera pengintai, untuk fasilitas penerangan stadion saja, beberapa klub masih sering drop pada saat pertandingan berlangsung. Lebih parah lagi, beberapa klub bahkan kebingunan akan menggunakan stadion mana yang bisa memenuhi standar BLI.[4]

Bagi para pengacau, polisi dan panitia pelaksana (panpel) di Inggris tidak akan memberi ampun. Pelangaran sekecil apapun, sesederhana apapun, akan diusut dan ditindak sampai tuntas. Sebagaimana yang dia alami 11 suporter asal Totteham Hotspur yang dituntut oleh polisi Postmunt atas teriakan tidak senonoh kepada Sol Campbell dengan sebutan “kumuh”. Lain halnya dengan Indonesia. Satu contoh ketika suporter PSIS meneriaki PSM Makasar dengan cemoohan rasis, hanya mendapat percobaan hukuman percobaan enam bulan dari BLI dan ancaman sanksi jika diulangi lagi.[5]

Peraturan yang diatur di liga inggris tidak hanya berlaku bagi penonton dan panpel. Pemain juga akan dikenai sanksi juka terbukti melakukan tindakan kurang terpuji sekecil apapun. Masih ingat, beberapa waktu yang lalu, ketika Didier Drogba melempar koin ke tribun penonton seusai mencetak gol ke gawang Burnley, dia dikenai sanksi larangan bertanding oleh Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). Jauh berbeda dengan Indonesia, dimana ketika ada seorang manajer klub yang terbukti jelas memukul -meskipun meleset- kepada wasit, dia hanya mendapat hukuman 6 bulan dan denda 30 juta.[6]

Tawuran Supporter dilihat dari Psikologi Kelompok.

Terjadinya tawuran antar suporter ditandai dengan terbentuknya rasa kebersamaan, senasib dan sepenanggungan. Dalam level komunitas terdapat hubungan yang erat didalam komunitas tersebut. Ambil sajalah contoh pada kasus Bonek mania dimana mereka memiliki sifat kesetiakawanan bersama dan memiliki atribut yang menjadi simbol yang mencirikan sifat dan perilaku mereka. Baju mereka yang berwarna hijau dan simbol boneka buaya menjadikan sosok suporter ini menjadi sangat disegani. Dalam hal ini terjadi suatu prosses yang dinamakan dinamika kelompok dalam group bonek.

Dinamika kelompok adalah studi kelompok, dan juga istilah umum untuk proses kelompok. Relevan dengan bidang psikologi, sosiologi, dan studi komunikasi, sebuah kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling terhubung satu sama lain melalui hubungan sosial.[7] Karena mereka berinteraksi dan saling mempengaruhi, kelompok mengembangkan sejumlah proses dinamis yang memisahkan mereka dari koleksi acak individu.. Proses ini meliputi norma-norma, peran, hubungan, pembangunan, perlu menjadi bagian, pengaruh sosial, dan efek terhadap perilaku.. Bidang dinamika kelompok terutama berkaitan dengan perilaku kelompok kecil. Kelompok dapat diklasifikasikan sebagai agregat, primer, sekunder dan kategori kelompok.

Dalam terbentuknya efektifitas kelompok dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni,

1. Tujuan : tujuan didirikannya kelompok haruslah mudah dimengerti oleh anggota komunitas kelompok tersebut, relevan dengan kebutuhan kelompok, hal ini mengisyaratkan adanya komitmen yang tinggi dari anggota untuk mencapainya. Dalam kasus ini komunitas suporter bola Bonek mania memiliki tujuan yakni mendukung tim kesayangannya persebaya dan memilikis satu identitas yang sama yaitu sama-sama mendukung persebaya surabaya. Dalam hal ini juga sesuai dengan kebutuhan anggota yakni menjadi suporter fanatik, dengan masuk ke dalam grup bonek maka kecintaan terhadap tim akan tersalurkan di dalam grup ini.

2. Anggota haruslah mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan. Dalam hal ini ide-ide gagasan banyak sekali yang dikeluarkan diantar anggota grupo diantaranya adalah dengan pencitraan atribut berwarna hijau dan dengan maskot kebanggaan mereka yakni buaya, serta kebo. Selain itu ide-ide lainnya adalah dengan membuat yel-yel penyemangat untuk tim mereka.

3. Partisipasi kepemimpinan haruslah terdistribusikan antar anggota

- Tanggung jawab Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaannya

- Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan)

- Meningkatkan kohesivitas kelompok

Kemudian selain itu juga dalam bonek terdapat suatu jiwa kelompok. Jiwa kelompok adalah suatu sikap jiwa saling memiliki kelompok karena adanya kebutuhan dari diri anggota yang merasa harus dipenuhi. Jiwa kelompok terbagi beberapa fase yakni, fase group mind, group feeling, group kohesien, dan group attachment.

1. Group mind

group mind adalah fase dimana suatu kelompok sudah mulai saling memiliki satu pemikiran yang sama dalam suatu kelompok. Selain itu juga group pikiran, istilah, sering digunakan untuk menunjukkan kesadaran kolektif dari sekelompok orang tertentu seperti suku, desa, atau kota, dan yang merupakan akumulasi dari keyakinan mereka yang esensial. Biasanya pikiran kelompok terjadi dalam suatu lokasi tertentu, sehingga pikiran, ketakutan, harapan, dan keinginan penduduk membentuk bola energi yang menempel pada daerah itu.. Pikiran kelompok mempengaruhi warga melalui penjualan mereka ke sifat bentuk pikiran, atau pikiran ditetapkan.. Ini dapat mempromosikan perilaku seperti dimiliki oleh anggota sebuah pondok magis.. Ini adalah cara orang berbagi kesamaan dasar.. Pikiran kelompok fenomena harus dibedakan dari kelompok mod atau perilaku psikotik lainnya, dan tidak bingung dengan jiwa kelompok.[8]

2. Group Feeling

Group felling adalah suatu fase dimana para anggota dalam kelompok memiliki suatu perasaan yang sama, perasaan yang harus dilakukan, perasaan yang menyangkut anggota kelompok yang sama-sama merasakan pada waktu, kondisi tertentu. Misalkan, dalam suatu kelas ac didalam kelas mati. Kemudian para mahasiswa didalamnya merasa kepanasan karena udara didalam kelas mati. Otomatis secara serentak maka secara perlahan orang-orang yang mulai berada dikelas memiliki perasaan yang sama yakni, panas, sehingga satu persatu orang didalam kelas tersebut keluar dan meninggalkan kelas tersebut. Hal serupa juga bisa dijelaskan dengan konsep group feeling pada kasus tawuran melawan arema dimana wasit dirasa berat sebelah sepertinya memihak arema malang dan, selain itu juga para aremania yang merasa kesal pada bonek karean mengolok-olok suporter aremania sehingga terjadi grup feeling diantara kedua belah suporter yang secara otomatis mereka mulai merasa tidak nyaman dan melakukan tindakan penyerangan terhadap suporter tersebut dan mengakibatkan kericuhan ditengah-tengah pertandingan.

3. Group Kohesion

Dalam fase ini para anggota kelompok mengalami proses keterikatan merasa sudah merasa nyaman dengan kelompoknya dan merasa menjadi bagian dalam keluarga kelompok tersebut. Pada fase ini anggota akan melakukan apa saja untuk kepentingan kelompok ini karena merasa bahwa mereka diterima dalam kelompok ini, bisa mencurahkan segala bakat, dan perasaanya kedalam kelompok ini. Dalam fase ini juga akan terlihat mana anggota kelompok yang solid dan mana anggota kelompok yang kurang solid. Biasanya akan terlihat ketika dalam fase ini terjadi suatu masalah atau terjadi konflik dengan kelompok lain atau pun didalam kelompok.

Selain itu juga, pada tahap ketiga ini pembangunan (asumsi kelompok mendapatkan sejauh ini) bahwa para peserta, setelah menyelesaikan konflik interpersonal, mulai mengalami katarsis dan rasa milik kelompok. Hal ini memungkinkan kelompok untuk fokus pada tugas.. titik pandang yang berbeda memperkaya proses kelompok.

Dalam kasus tawuran suporter bonek vs aremania ini terjadi juga tahapan fase grup kohesien. Dimana para anggota bonek dan arema saling bantu membantu solidaritas antar anggota dalam menyerang dan merusak stadion arema. Begitu juga aremania yang secara spontan bersama-sama saling memukul ke suporter bonek.

4. Grup Affinity atau Attachment

Dalam grup attachment suatu individu menjadi referensi dalam perilaku kita dengan kelompok. Misalkan saja : fans grup, reference grup mempengaruhi prilaku kita dengan kelompok dan sebagainya.

Kemudian berdasarkan jenis kelompok terdapat beberapa bagian, takni, small grup, large grup. Small grup adalah ketika suatu individu dalam kelompok dapat memerankan peran dan fungsi tugasnya masing-masing dalam kelompok. Misalkan saja FGD atau focus group discussion. Dalam FGD semua mendapatkan peran. Yakni, ada yang menjadi ketua atau moderator, ada yang menjadi notulensi, menjadi bloker, menjadi informan menjadi logistik dan lainnya.

Lalu large grup terjadi ketika suatu kelompok perannya dilakukan lebih dari 1 individu terdapat leader dan follower. Misalkan saja dalam hal ini adalah Bonek mania. Dalam segi kuantitas sangatlah banyak pendukung persebaya. Namun dalam bonek hanya terdapat satu ketua atau pengurus paniti bonek, dan ketua-ketua cabang lainnya yang mengetuai di tiap daerah-daerah cabang pengurus bonek.

Kemudian didalam dinamika kelompok juga terdapat intergrup dan antar grup. Inter grup antara lain, grup distance, grup process, dan grup formation.

1. Group distance

adalah suatu perasaan dimana terdapat suatu jarak satu individu dengan individu yang lain. Biasanya dalam hal ini lebih bersifat individual dalam kelompok. Adanya cocok dan ketidak cocokan dengan sifat dalam satu kelompok mengakibatkan adanya jarak satu individu dengan individu lain.

2. Group Proses

Dinamika kelompok, frase "proses grup" mengacu pada pemahaman tentang perilaku orang dalam kelompok, seperti kelompok tugas, yang berusaha untuk memecahkan masalah atau membuat keputusan. Seorang individu dengan keahlian dalam 'proses kelompok, seperti melatih fasilitator , dapat membantu kelompok dalam mencapai tujuan perusahaan dengan mendiagnosa seberapa baik kelompok berfungsi sebagai pemecahan masalah atau pengambilan keputusan entitas dan intervensi untuk mengubah's operasi perilaku kelompok tersebut.

3 .Group Formation

Dalam tahapan ini kelompok berfungsi tidak hanya bentuk dari ego.Butuh waktu untuk grup untuk mengembangkan ke titik di mana dapat efektif dan mana semua anggota merasa terhubung. Bruce Tuckman telah mengidentifikasi empat tahap yang menjadi ciri perkembangan kelompok. Memahami tahapan ini dapat membantu menentukan apa yang terjadi dengan kelompok dan cara mengelola apa yang terjadi. Empat kelompok ini tahap pengembangan dikenal sebagai membentuk, formasi, norming, dan berperforma dijelaskan di bawah dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berhasil membimbing kelompok melalui.[9]

Kemudian dalam antar grup terdapat beberapa bagian yakni,

  1. Grup konflik

Konflik Group, juga disebut intrik kelompok, adalah tempat perilaku sosial menyebabkan kelompok-kelompok dari individu-individu untuk saling bertentangan. Hal ini juga dapat merujuk pada konflik di dalam kelompok tersebut. Konflik ini sering disebabkan oleh perbedaan dalam sosial norma-norma , nilai , dan agama. Baik konflik yang konstruktif dan destruktif terjadi di kelompok yang paling kecil. Hal ini sangat penting untuk menonjolkan konflik yang konstruktif dan meminimalkan konflik destruktifKonflik pasti terjadi, tetapi jika kita menggunakannya secara konstruktif maka tidak perlu hal yang buruk. Ketika konflik destruktif digunakan dalam kelompok kecil, adalah kontraproduktif untuk tujuan jangka panjang. Hal ini seperti meracuni angsa yang meletakkan telur emas.

Dalam kasus komunikasi kelompok kecil, konflik destruktif menciptakan permusuhan di antara anggota.. Kelompok ini racun sinergi dan hasil, telur emas jika Anda akan, baik berhenti menjadi diproduksi atau setidaknya kualitasnya rendah. Menggunakan konflik yang konstruktif dalam kelompok-kelompok kecil memiliki efek sebaliknya. Hal ini sangat mirip bergizi angsa sehingga terus menghasilkan telur emas, telur emas yang mungkin lebih baik daripada apa yang angsa unnourished bisa dihasilkan.. Dalam hal ini, membawa masalah-masalah dan solusi alternatif saat masih menghargai orang lain dalam kelompok-kelompok kecil memungkinkan kelompok untuk bekerja ke depan.[10]

2. Grup Rivalisme

Adalah suatu grup dimana di antar grup itu terjadi salaing kompetisi dengan grup lain. Baik kompetisi secara shat maupun tidak sehat yang kadang sering terjadi. Dalam kaitannya dengan kasus ini bonek dan aremania juga saling melakukan kompetisi dengan memeberikan semangat yang membara terhadap tim kesayangannya yang sedang bertanding. Begitu juga bonek mereka bersaing juga memberikan semangat pada tim kesayangannya persebaya.

3. Grup Loafing

Suatu anggota kelompok dapat berprestasi apabila berkompetisi dengan kelompok lain. Dalam grup rivalisme ini terkadang individu lebih bisa menonjol ketika dia berada didalam grupnya. Hal ini terjadi karena adanya bentuk kompetitif yang menimbulkan aspek tingkat kemampuan yang haus dikerahkan agar dapat meraih kemenangan. Hal ini dapat dilihat pada pertandingan sepak bola misalnya, para pemain haruslah tampil lebih baik dan harus memenangi pertandingan.

Beberapa Keuntungan dan Kerugian Masuk suatu grup atau kelompok

Keuntungannya :

1. Sosial Interaksi

Secara tidak langsung kelompok memiliki manfaat untuk menambah teman dan kita mendapatkan tempat untuk melakukan interaksi, komunikasi, dengan orang lain disekitar kita. Dalam hal ini juga fungsi kita sebagai mahkluk sosial terpenuhi karena kita dapat bersosialisasi dengan orang-orang yang baru dan lingkungan yang baru. Secara tidak langsung pula kita dapat mempelajari watak orang yang berbeda tiap orang dan lingkungan-lingkungan yang awam baru kita ketahui.

2. Social support

- social approval (persetujuan dari lingkungan apa yang

dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok)

- belief confirmation

Maksudnya adalah dengan kita masuk kelompok tersebut kita dapat berarti telah mendapat persetujuan sosial secara tidak langsung karena kita ingin mencoba dilingkungan yang baru. Sebagai orang baru seharusnya haruslah masuk dahulu sebelum mengenal lingkungan dan kegiatan apa yang akan dilakukan. Dan berarti kita telah dipercaya menjadi anggota atau telah di konfirmasi oleh para anggota kelompok yang kemudian mereka menjadi percaya dengan kita.

3.Grup Member Karakteristik

- competence

- physical attractiveness

Maksudnya adalah dengan kita masuk grup maka kita akan memperoleh sejumlah skill atau kemampuan yang dapat membuat kita menjadi daya tari fisik bagi kelompok lain yang tentunya akan diakui atau akan ada proses pengakuan terhadap kemampuan dari anggota atau kebanggan dari anggota itu sendiri. Selain itu dengan masuk grup akan memberikan karakteristik tersendiri bagi individu karena mengikuti gaya dari kelompok yang diikuti.

Kerugian Masuk Grup :

  1. Primary tension

Dalam tahapan ini individu secara tidak langsung harus mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya yang baru saja ia masuki dan hal ini terkait apabila kelompok atau komunitas yang di ikutinya merupakan komunitas yang menyimpang. Tentunya ini akan menimbulkan konflik batin dalam diri individu.

2. Personal investments uang pendaftaran, waktu, tenaga, barang, iuran

bulanan, dll

Dalam tahapan ini tentunya dengan masuk menjadi kelompok akan sangat merugikan bagi individu dari segi materi, fisik, dan waktu, karena harus mengikuti ketentuan kelompok dan peraturan kelompok yang sifatnya memaksakan bagi individu.

3 Sosial rejection

Dalam suatu kelompok ada beberapa hal yang tidak disukai dalam kelompok tersebut. Dalam hal ini individu yang misalkan tidak sesuai dengan identitas diri dari kelompok bisa saja di tolak dari grup tersebut.

4 Inference atau campur tangan orang lain

Apabila dalam kelompok mau tidak mau kita harus mengikuti kepentingan mayoritas kelompok. Dalam hal terkadang ada beberapa individu dalam suatu kelompok yang tidak memihak untuk kepentingan mayoritas. Dan secara tidak langsung adanya campur tangan dalam kelompok telah membuat hidup kita terasa diatur oleh kelompok, yang padahal terdapat adanya campur tangan dari orang lain ( ketua, atau lainya).

sumber :

[5] Idem

[6] Idem

[7] Forsyth, DR (2006) Dinamika Kelompok

[8] Greer, John Michael. The New Encyclopedia of the Occult. St. Greer, John Michael. The New Encyclopedia of the Occult. St Paul, MN, Llewellyn Worldwide. Paul, MN, Llewellyn Worldwide. p. hal 211 211

[10] Engleberg ^, Isa N.; Wynn, Dianna R. (2007) (Dalam Bahasa Inggris). working in groups 175-193(4th ed.). bekerja dalam kelompok 175-193 (4 ed.). Boston New York: Houghton Mifflin Company. Boston New York: Houghton Mifflin Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar